Senin, 16 November 2015

Komunikasi



BAB VI
KOMUNIKASI
“Communication –the human connection—is the key
to personal and career success.” (Paul J. Meyer)

      A.      Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Latin, communis dan communicare yang berarti membuat pengertian si pembicara dan si pendengar menjadi common sehingga tercipta interaksi diantara mereka.
Komunikasi sebagai alat penyampaian ide, pikiran, perasaan, dan kebutuhan. Komunikasi mencakup penyampaian informasi yang dapat dilakukan melalui tindakan, sikap, bahasa tubuh, ekspresi wajah, maupun kinerja sehari-hari.

      B.      Komponen Komunikasi
1.     Source / Sender adalah orang yang mengirimkan berita atau pesan.
2.    Transmitter dilakukan melalui channel atau media, verbal dan non-verbal, ataupun media cetak dan elektronik.
3.     Receiver, yaitu berupa berita atau pesan yang disampaikan.
4.     Destination, yaitu orang  yang dituju untuk menerima pesan.
Contohnya ialah pada saat si A berkomunikasi dengan si B. Si A ingin menyampaikan pesan kepada si B, nah pada saat ini si A disebut sebagai source /  sender, sedangkan si B disebut Destination. Si A ingin memberitahu kepada si B bahwa hari Senin akan diadakan upacara bendera di sekolah mereka, maka pesan ini disebut Receiver. Sedangkan, si A memberitahu si B melalui sms menggunkan hp, maka ini disebut sebagai Transmitter.

      C.      Channel Komunikasi
1.       Verbal berupa:
a)      Lisan (pembicaraan, wawancara, telepon, debat, dialog)
b)      Tulisan (surat, email, memo, sms, kontrak, proposal, peraturan)

2.       Non-Verbal berupa:
a)   Melalui bahasa tubuh (body language) dan bahasa isyarat (gerakan, eskpresi wajah, suara, nada, anggukan, gelengan)
b)    Citra visual (foto, lukisan, seragam, rumah mobil) menggambarkan pribadi seseorang mulai dari status dan tingkat ekonominya.
c)     Multimeda (cetak dan elektronik)

      D.      Hambatan dalam Komunikasi
1.       Menyaring atau membatasi informasi (Filtering)
Misalnya jika kita menyampaikan kebohongan maka orang tersebut akan sementara merasa senang, tetapi jika ia mengetahui kebenaran yang sebenarnya, maka orang yang diajak bicara akan tersakiti hatinya dan malas untuk berbicara lagi dengan kita dan hal ini akan merugikan diri sendiri.
2.       Seleksi dalam persepsi (Selective Perception)
Karakteristik pribadi seseorang, misalnya pengalaman, pendidikan, kemampuan, kebutuhan dan motivasi untuk menyampaikan pesan berbeda antara satu dengan orang lain. Komunikasi tidak akan berjalan efektif jika persepsi si pegirim pesan tidak sama dengan persepsi si penerima pesan sehingga dapat menimbulkan pertengkaran antara keduanya. Contohnya saat kita berbicara kita harus memperhatikan status seseorang tersebut, jika pendidikannya rendah, kita tidak mungkin bukan membicarakan hal-hal yang tidak dimengerti oleh orang yang diajak bicara.
3.       Emotions
Emosi mempengaruhi cara kita memahami pesan orang lain dan cara kita mempengaruhi orang lain dengan pesan kita sendiri. Jika kita berada pada lingkungan yang mengancam kekuasaan kita, maka kita akan memberikan reaksi dengan mempertahankan diri. Pendekatan terbaik yang berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi dan mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah. Contoh lainnya ialah pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi, apapun berita atau informasi yang diberikan tidak akan diterima dan ditanggapinya.
4.       Bahasa (Language)
Perbedaan bahasa merupakan salah satu dari hambatan komunikasi karena jika kita tidak mengerti bahasa yang digunakan lawan bicara kita, maka dapat menimbulkan konflik atau miscommunication. Contohnya kata “ngecek” dalam bahasa Jawa berarti mengejek, tetapi dalam bahasa Padang berarti bicara.

      E.       Gaya Komunikasi
1.       Gaya Komunikasi Dinamit
Orang yang memiliki gaya komunikasi seperti ini memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu mereka menggunakan kata-kata yang keras, tegas, meledak-ledak, ekspresif, berbicara apa adanya dan cenderung kasar dalam berkomunikasi. Jika anda berbicara dengan orang yang seperti ini, jangan memotong pembicaraan mereka, tetapi jadilah pendengar yang baik.
2.       Gaya Komunikasi Detektif
Orang yang memiliki gaya komunikasi detektif seringkali mereka penasaran dengan sesuatu yang baru jadi, mereka sering menuntut informasi secara detail dan mengajukan pertanyaan diluar dari dugaan untuk mengetahui apakah Anda menguasai persoalan atau tidak. Jika bertemu dengan orang seperti ini, bicaralah berdasarkan data dan berani asertif karena sebenarnya mereka pada umumnya adalah orang-orang cerdas yang senang menguji kemampuan orang lain.
3.       Gaya Komunikasi Putri Malu
Orang yang mempunyai gaya komunikasi seperti seorang Putri Malu ini terkesan pendiam, pemalu tentunya, cemderung reaktif, menyenangi komunikasi dua arah dan mereka lebih sering menyatakan keinginan mereka lewat tulisan dan bahasa tubuh. Jika bertemu dengan orang seperti ini, bersikap dan bertindaklah proaktif, jadilah problem solver dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti.

      F.       Tipe atau Sikap dalam Komunikasi
1.       Agresif
Mereka yang mempunyai sifat agresif ini tidak mau mengalah pada orang lain dan cenderung membalas orang lain. Sikap agresif ini terlihat dari kata-katanya yang kasar, intonasi bicaranya yang tinggi, ekspresi wajah yang marah dan kadang-kadang mereka memukul meja atau memukul yang bersangkutan. Sikap ini dapat menimbulkan kerugian pada diri sendiri sehingga orang lain akan takut untuk berbicara pada kita, namun di lain sisi sikap orang ini juga berguna disaat terdesak atau saat berada dalam bahaya.
2.       Submisif
Mereka yang mempunyai sifat seperti ini tercermin dari perilakunya yang sering mengalah, mengikuti, melayani, tidak berbuat apa-apa, dan pola pikir bahwa diri mereka memiliki posisi yang lebih rendah dari orang lain dan tidak percaya diri. Akibatnya ialah perasaan takut yang timbul, lemah, tidak berdaya serta kurang dihargai dan tidak dapat menjadi seorang pemimpin. Namun, orang yang mempunyai sifat seperti ini memiliki keuntungan, yaitu terhindar dari konflik dan dapat meredam terjadinya pertengkaran. Orang lain dapat juga mengambil sikap submitif jika berhadapan situasi yang otoriter dan orang yang sedang mengamuk. Hal ini dimaksudkan kita dapat mengambil sikap ini sampai situasi memungkinkan kita untuk mengambil sikap asertif sesuai pepatah “mengalah untuk menang”.
3.       Pasif-Agresif
Sikap pasif-agresif adalah sikap agresif yang tersembunyi di dalam sikap pasif. Beberapa cirinya ialah menyindir atau membuat gosip, memboikot pekerjaan, mencuri uang perusahaan, dll. Orang yang mempunyai sikap ini pada umumnya memiliki posisi yang lebih rendah, tidak berani melawan, takut berkonflik, tetapi tidak menerima semua perlakuan yang diberikan serta beniat membalas, baik disadari maupun tidak disadari.
4.       Asertif
Sikap asertif dinilai sebagai sikap paling efektif dalam duniafeedback), rasa hormat terhadap sesama, kemampuan memahami pembicaraan dua pihak, serta niat baik untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Cara-cara untuk  dapat bersikap asertif:
a.    Mengubah paradigm berpikir bahwa kita memiliki posisi yang setara dengan lawan bicara.
b.    Berpikir dengan seksama apa yang kita inginkan dan rasakan.
c.    Mampu berbicara dengan kalimat sederhana namun jelas.
d.    Memperhatikan ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh.
e.    Memilih waktu dan tempat yang tepat.

     G.     Mengatasi Hambatan dalam Komunikasi
Cara mengatasi hambatan komunikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
1.     Membuat suatu pesan yang mempunyai maksud dan tujuan kepada orang yang dituju.
2.  Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh komunikator dan komunikan agar setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan.
3.  Positive thinking, dimaksudkan untuk menghilangkan prasangka yang sering menjadi penghambat dalam komunikasi.
4.    Menggunakan media komunikasi yang tepat karena penggunaan media komunikasi yang tepat dapat menghindarkan adanya hambatan dalam komunikasi.
5.   Menjadi pendengar yang baik untuk tamu karena manusia mempunyai kecenderungan didengar daripada mendengar.
6.    Memanfaatkan umpan balik dari tamu agar kita dapat mengetahui apakah tamu mengerti apa yang disampaikan.
7. Memahami latar belakang tamu supaya kita tidak melakukan kesalahan dalam berkomunikasi, mulai dari usia, jenis kelamin, status, dan sosial budaya dari lawan bicara kita.